CORAKNEWS.COM, MEDAN,– Korwil Pusat Monitoring Politik Hukum Indonesia (PMPHI) Sumut Drs Gandi Parapat mengatakan, jika ada Pendeta meninggalkan Jemaatnya, itu karena keangkuhan yang merasa benar yang merasa hanya dialah wakil Tuhan.
“Padahal untuk ke Surga atau menyelamatkan adalah Iman. Jadi Pendeta yang meninggalkan Jemaat yang membutuhkannya, mungkin karena tau jalang jalang atau salaman berupa uang sedikit, sehingga Pendeta mengulah,” kata Gandi Parapat menjawab wartawan, Selasa (10/9/2024) ketika disinggung terkait adanya legenda, dijaman dahulu Pendeta meninggalkan Jemaat pada acara duka cita.
Lebih jauh kata Gandi, kalau masalah Kristen yang meninggal, biasanya dikubur Pendeta, itulah merupakan kebiasaan atau adat orang Kristen yang katanya pengikut Jesus Kristus.
“Artinya semua keluarga memberangkatkan yang meninggal, ke Kuburan yang sudah disiapkan. Orang yang mati dalam Kristen diberangkatkan dengan tulus, dan memberikan kata kata perpisahan, yang tulus agar semua keluarga yang masih hidup selalu dilindungi Tuhan. Tidak ada larangan atau peraturan gereja manapun,” jelasnya.
Artinya, lanjut Gandi, orang yang meninggal itu diibaratkan diberangkatkan naik ke Surga, atau dibuat perpisahan. Perpisahan itu bisa dinilai berupa Iman atau pengharapan. Perpisahan yang baik, biasanya dengan tulus walaupun sangat sedih, dan berupaya membuat yang terbaik.
“Kalau tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam Peti mati, kenapa Pendeta tidak melarang keluarga yang meninggal, membuat Pakaian baju kesanyangan yang meninggal, ketika dia hidup/sehat dan mungkin itu Pesan orang yang meninggal ketika sehat. Ada lagi orang kaya berat, disiapkan peti matinya dan berpesan harus pake baju, jas dan dasi, sepatu, kacamata dan tas kesayanganya. Pesan itu diingat oleh anak dan cucunya. Semua pesan ketika hidup dilaksanakan oleh anak dan cucunya, yang baru meninggal dan diketahui oleh Pendeta tidak ada masalah,” jelasnya.
Tapi mungkin, lanjut Gandi, Pendeta yang akan mengubur mayat tersebut, berharap ada pesan dari yang meninggal yang akan dikubur kepada anak dan cucunya. “Kalau aku meninggal kasih uang yang banyak kepada pendeta, yang mengubur saya biar saya masuk Sorga,” tambahnya.
Jadi, menurut Gandi, tidak
kagum kalau ada Pendeta yang meninggalkan mayat dalam acara penguburan terjadi persoalan, hanya gara gara mungkin pesan mayat ketika hidupnya harus membawa atau itu barang kesayanganya dikubur dalam Petih mayat.
“Yang namanya penghormatan terakhir. Para pendeta sering bicara atau berkothbah, tidak ada hubungan orang yang mati atau roh/tondi yang meninggal, dengan yang hidup. Menurut saya itu suatu yang sangat keliru. Namanya Tondi atau roh pasti ada dan itu saya ketahui melalui roh atau suara kata hati saya. Jesus Kristus dikenal orang Kristen melalui Roh/Tondi dan Dia sudah mati. Namun setelah manusia mengenal Jesus Kristus melalui Roh, menyakini Jesus Kristus lah raja segala raja sang pencipta mampu memberikan keselamatan,” katanya.
Menurut Gandi, akhirnya segala keinginan atau beban hidup, diserahkan kepada Tuhan Jesus. Ketika seorang anak menginginkan kebutuhannya berdoa / meminta kepada Tuhan agar diberi bapak/mamaknya kebutuhannya. Berarti mengetahui melalui Roh Tuhan kebutuhannya tercukupi.
“Kami tidak melarang para Pendeta, menyatakan tidak ada hubungan roh yang meninggal dengan roh yang Hidup, tapi menurut keyakinan saya pasti berhubungan seperti Roh Tuhan Jesus, yang saya percaya sebagai jurus selamat.
Jadi kepada para jemaat atau warga Kristen, kalaupun ada Pendeta yang merasa segalanya mohon dimaafkan. Kemungkinan mereka tidak tau apa yang dia perbuat, didoakan mereka biar sadar akan tugas dan fungsinya,” pungkas Gandi Parapat.(red/*).